KisahPara Rasul 4:32-37 memberikan suatu teladan dan gambaran umat percaya yang mengasihi Tuhan. Persembahan persepuluhan bukan merupakan suatu pilihan bagi umat Kristen tetapi kewajiban yang disertai dengan kesadaran dan kerelaan mengembalikan apa yang wajib diberikan kepada Tuhan. Origin is unreachable Error code 523 2023-06-15 080306 UTC What happened? The origin web server is not reachable. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Check your DNS Settings. A 523 error means that Cloudflare could not reach your host web server. The most common cause is that your DNS settings are incorrect. Please contact your hosting provider to confirm your origin IP and then make sure the correct IP is listed for your A record in your Cloudflare DNS Settings page. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d794ae20b4a1ca6 • Your IP • Performance & security by Cloudflare
Sebuahpersembahan dapat diberikan kepada orang-orang demikian, yang tanpa moralitas, dengan niat untuk memberikan persembahan kepada Sangha (dari para bhikkhu yang diberkahi dengan moralitas). Ananda, Aku mengajarkan bahwa bahkan dalam kasus demikian, manfaat yang diperoleh dari persembahan tersebut tidak terhitung dan tidak terbatas.
Setelah Tuhan Yesus menjelaskan mengenai Taurat, Dia melanjutkan dengan penjelasan mengenai tiga latihan spiritual, yaitu memberi persembahan, berdoa, dan berpuasa. Yang akan kita bahas pada hari ini adalah mengenai memberi persembahan. Persembahan adalah pengakuan bahwa Tuhanlah pemilik semua uang dan segala harta yang ada di dalam kepemilikan kita. Persembahan juga adalah bentuk ucapan syukur kita karena Tuhan telah memberkati kita. Persembahan bukan pilihan! Persembahan adalah kewajiban orang-orang percaya. Hanya orang-orang Kristen yang palsu, yang tidak mengakui Tuhan sebagai pemilik hartanya, yang menolak memberi persembahan dengan benar. Orang-orang yang sadar siapa dirinya, yaitu mereka yang sadar bahwa mereka bukan siapa-siapa kalau Tuhan tidak menyertai, bahkan mereka tidak akan bertahan hidup jika bukan karena Tuhan, orang-orang inilah yang persembahannya akan diterima oleh Tuhan. Lalu untuk apakah persembahan itu? Persembahan itu bukan untuk memperkaya orang lain. Pendeta-pendeta yang hidup mewah dari persembahan jemaat adalah utusan Iblis yang menyamar menjadi hamba Tuhan. Pendeta-pendeta yang mengambil perpuluhan jemaat adalah maling, demikian dikatakan Pdt. Stephen Tong. Persembahan juga bukan untuk membiayai orang sehingga dia bisa bermalas-malasan. Banyak orang oportunis masuk ke dalam gereja. Berpura-pura setia melayani tetapi sebenarnya mencari keuntungan pribadi. Juga banyak orang-orang yang meminta belas kasihan gereja supaya dia bisa menikmati pembiayaan gereja tanpa harus bekerja keras. Persembahan adalah untuk memelihara orang-orang yang sudah menyerahkan diri sepenuh waktu untuk melayani Tuhan. Persembahan juga adalah untuk pengembangan pekerjaan Tuhan. Selain untuk pelayanan bagi Tuhan, persembahan juga dapat diberikan kepada orang-orang yang memang layak untuk dibantu. Orang-orang yang sudah tidak bisa bekerja, atau yang meskipun sudah bekerja mati-matian tetap kurang, mereka ini perlu dibantu. Juga untuk orang-orang yang mengalami musibah atau penyakit yang dia sendiri tidak sanggup tanggung secara keuangan, mereka ini harus diperhatikan oleh orang-orang Kristen. Juga untuk orang-orang yang memiliki kemampuan studi dan semangat belajar yang tinggi. Dia juga harus diperhatikan oleh kita semua. Tetapi memberi bantuan kepada mereka yang kekurangan ini dapat menimbulkan suatu kesombongan. Seolah-olah kita yang memberi lebih tinggi kedudukannya daripada mereka yang menerima. Ini adalah mental kolonialisme. Pada zaman penjajahan, semua bangsa-bangsa maju menganggap diri lebih hebat dan semua negara jajahan mereka sebagai bangsa rendahan yang perlu dikasihani. Jika kita menolong orang lain, sikap ini harus hilang sama sekali dari hati kita. Kita tidak lebih tinggi dari orang yang kita bantu. Bahkan sangat mungkin kita sedang dipakai Tuhan memberi dukungan kepada seseorang yang akan menjadi orang besar suatu saat nanti. Kita hanya alat yang dipakai oleh Tuhan. Puji Tuhan jika Dia masih berkenan memakai kita untuk menolong orang lain. Tuhanlah yang menolong mereka. Kita hanya alat yang diizinkan berbagian. Ada juga orang yang menolong orang lain supaya mendapat pujian. Ini adalah orang-orang munafik yang tidak mau menolong, hanya mau namanya dikenal orang. Itu sebabnya Tuhan Yesus mengatakan bahwa jika tangan kanan memberi, tangan kiri tidak perlu tahu ay. 3. Tetapi bagaimana dengan Filipi 45 yang mengatakan “Biarlah kebaikan hatimu diketahui oleh semua orang”? Sekali lagi, semua ada pada hati seseorang. Apakah motivasi kita memberitahukan persembahan kita kepada orang lain? Apakah untuk pujian? Ataukah untuk mendorong orang lain berbagian juga? Jika motivasi kita adalah untuk mendorong orang lain supaya mereka sama-sama memberi persembahan juga, maka ini adalah motivasi yang baik. Tidak ada kepentingan pribadi atau keinginan untuk dipuji di dalam motivasi ini. Tetapi motivasi yang jahat adalah yang ingin dipuji. Orang-orang yang ingin dianggap rohani, hebat, murah hati, dan lain-lain, mereka tidak akan mendapatkan perkenanan dari Allah Bapa di surga. Allah Bapa yang akan memuji kita, bukan manusia. Mengapa mencari pujian dari manusia? Jika Allah semesta alam yang memuji, bukankah itu lebih indah dari pujian raja mana pun? Karena itu jangan membuang pujian dari Allah demi pujian kosong dari manusia. Biarlah kita dihina ataupun disalah mengerti oleh orang-orang dunia, asalkan motivasi hati kita tulus dan bersih di hadapan Tuhan, Dialah yang akan memperkenan perbuatan kita. Untuk direnungkan Menolong orang lain, berdoa, berpuasa, dan semua kegiatan rohani lainnya sangat perlu untuk pertumbuhan iman dan kesalehan kita. Tetapi keinginan untuk dipuji orang lain selalu hadir dan menggagalkan pertumbuhan kita. Karena itu mari kita terus mengevaluasi diri kita. Apakah motivasi kita murni di hadapan Tuhan? Hal pertama yang harus kita perhatikan adalah Apakah saya sangat terganggu kalau disalah mengerti orang lain? Jika kita merasa terganggu karena disalah mengerti, itu wajar. Kita ingin memperbaiki kesalahpahaman orang lain, itu pun wajar. Tetapi kalau kita merasa sangat terganggu sehingga batin kita menjadi gelisah dan tidak tenang, itu adalah hal yang sangat mengganggu. Mungkin saja penerimaan orang lain sudah menjadi berhala kita. Niat berusaha menyenangkan orang lain, diterima, dipuji, dikagumi, ini semua adalah jerat Iblis untuk menjatuhkan iman dan kesalehan kita. Mengapa tidak merasa puas dengan penerimaan Tuhan? Jika Tuhan adalah bagianku, apa lagi yang masih kurang? Lihat Mazmur 231 dan Ratapan 324. Jika Tuhan adalah bagian kita, biarlah kegelisahan kita muncul kalau Tuhan meninggalkan kita, bukan kalau manusia salah mengerti kita. Hal kedua yang menjadi bahan ujian adalah Apakah kita merasa begitu senang kalau mendapat pujian dari manusia? Jika kita dianggap hebat, dianggap rohani, dianggap berarti oleh orang lain, seberapa besar hal itu memengaruhi kita? Siapa yang gila pujian akan hancur. Siapa yang senang dipuji akan terperangkap di dalam jerat Iblis. Jangan senang akan pujian manusia! Siapa sih orang yang memuji kita? Pujian dari Tuhan jauh lebih agung dan jauh lebih berharga daripada pujian siapa pun. Itulah sebabnya orientasi hidup kita akan sangat rusak jika kita hanya mencari penerimaan dan pujian manusia. Jika pujian manusia yang kita cari, maka sebenarnya jiwa kita sedang terganggu. Kita tidak pernah merasa aman dengan diri sendiri, tidak pernah bisa menerima apa yang Tuhan berikan kepada diri sendiri, tidak bersyukur kepada Tuhan, tidak menghargai apa yang Tuhan anugerahkan, karena kita lebih mementingkan pujian manusia, maka tanpa sadar kita telah menyingkirkan Tuhan dan menyembah berhala bernama “pujian orang lain”. Tuhan akan sangat marah! Hal ketiga yang harus kita perhatikan Seberapa besar kepedulian kita atas kebaikan dari orang yang kita tolong? Jika kita memberikan seribu rupiah kepada pengemis di pinggir jalan, bahkan jika kita memberi lima puluh ribu rupiah sekalipun, itu tidak berarti kita peduli kepada dia. Setelah kita beri uang lalu pergi, kita segera lupa pengemis yang baru kita berikan uang itu. Kita tidak pernah sungguh-sungguh ingin yang terbaik bagi pengemis itu. Ketika kita memberikan persembahan atau menolong orang lain kita harus ingin yang terbaik untuk orang yang kita tolong. Itu sebabnya memberi uang saja tidak cukup untuk menunjukkan beban yang sejati. Berikan uang kita, tetapi beri juga waktu dan tenaga kita, itu baru beban yang sejati. Kita terbeban penginjilan? Berikan uang kita untuk penginjilan. Jangan hanya bicara terbeban tetapi keluarkan uang sedikit sekali untuk penginjilan. Tetapi setelah memberikan uang yang banyak, juga harus berikan waktu kita. Sediakan waktu untuk memberitakan Injil. Sesudah itu jangan lupa sediakan tenaga kita. Harus terjun dan harus memberitakan Injil. Inilah beban yang sejati! Yang sudah sediakan waktu dan tenaga, berikan juga uang! Yang sudah berikan uang, berikan juga waktu dan tenaga! Bapa kita yang melihat apa yang kita kerjakan dengan sepenuh hati dan dengan motivasi yang murni akan membalasnya kepada kita tanpa diketahui banyak orang. Doa Tuhan, tolong kami untuk memiliki hati yang tulus dan motivasi yang murni di dalam memberikan persembahan. Matikanlah keinginan untuk dikagumi dan dipuji manusia. Itu hanyalah kemuliaan kosong yang palsu. Kami ingin dipuji Tuhan kami. Karena itu pimpinlah kami, berikan kami hati yang rela, ya Tuhan, dan kami akan melayani, memberi waktu, tenaga, dan uang kami untuk menolong orang lain dan melakukan pekerjaan demi nama Tuhan kami. JP
15 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diberikan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagi masyarakat sebagai dokumen sekaligus sebagai informasi tentang perkembangan banguan Pura Puseh yang ada di Desa Banuroja. 2. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan dalam mengkaji permasalahan yang diteliti. 3.
Persembahan Untuk YesusAYAT INTI “Bagaimana akan kubalas kepada TUHAN segala kebajikan-Nya kepadaku? Aku akan mengangkat piala keselamatan, dan akan menyerukan nama TUHAN, akan membayar nazarku kepada TUHAN di depan seluruh umat-Nya.” Mazmur 116 12-14.Bagaimana manusia membalas segala kebajikan TUHAN? Manusia akan mengangkat piala keselamatan dan akan menyerukan nama TUHAN serta membayar nazarnya kepada mengembalikan persepuluhan, ada persembahan-persembahan yang berasal dari 90 persen yang tinggal di tangan umat-umat-Nya untuk dikembalikan kepada TUHAN. Di sinilah kemurahan hati beberapa jenis persembahan persembahan penghapus dosa, persembahan syukur, persembahan untuk orang miskin dan persembahan untuk membangun dan memelihara rumah besar kepada manusia saat ini adalah hutang dan sering tidak menguntungkan mereka yang manusia kepada TUHAN melalui persembahan-persembahan bukan sekedar memenuhi kebutuhan gereja secara fisik atau membawa persembahan sebagai sambutan terhadap apa yang telah dilakukan oleh TUHAN kepada manusia, terutama pengorbanan mengasihi TUHAN karena TUHAN lebih dahulu mengasihi manusia 1 Yohanes 419.Motif 631-34; Ulangan 28 mengasihi TUHAN karena TUHAN lebih dulu mengasihi manusia itu. Pemberian manusia kepada TUHAN adalah respons kepada pemberian-Nya yang ajaib untuk tidak membutuhkan persembahan-persembahan tidak menjadi kaya karena pemberian sumber segala sesuatu yang manusia mengijinkan manusia untuk menunjukkan penghargaan manusia akan kebaikan-kebaikan-Nya dengan usaha-usaha pengorbanan diri manusia untuk diberikan kepada orang-orang adalah satu-satunya cara di mana manusia dapat mewujudkan rasa syukur dan cinta kepada makna ketika manusia memberikan persembahan kepada TUHAN?1. Tindakan ini menguatkan cinta manusia kepada TUHAN dan orang lain. Itu sebabnya uang dapat menjadi kekuatan yang sesungguhnya untuk Ini bukti kerelaan manusia untuk mengorban diri bagi Persembahan dapat menjadi pengalaman rohani yang dalam, satu ekspresi yang nyata bahwa kehidupan diserahkan sepenuhnya kepada Persembahan adalah bukti kemurahan hati untuk menolong menyaksikan kasih manusia kepada Persembahan bergantung pada keyakinan bahwa manusia memiliki kepastian keselamatan dalam Persembahan datang dari hati yang percaya kepada TUHAN yang terus-menerus menyediakan kebutuhan-kebutuhan manusia sebagaimana yang terbaik dalam Persembahan meluap dari yang telah menerima Kristus melalui iman sebagai satu-satunya sarana yang cukup untuk rahmat dan bukanlah sesuatu untuk menenangkan hati TUHAN atau mencari penerimaan Porsi untuk Persembahan?Baca Ulangan 1617; Mazmur 116 tidak menentukan persentasi akan persembahan yang umat-Nya bawa kepada-Nya. Persembahan yang manusia bawa sesuai dengan berkat yang TUHAN berikan kepada adalah sebuah pengakuan dan ekspresi rasa syukur manusia kepada TUHAN karena karunia yang berlimpah dari kehidupan, penebusan, nafkah dan berkat berkesinambungan dalam berbagai begitu baik dengan berbagai berkat yang Dia berikan kepada bagaimana manusia membalas kebaikan TUHAN yang luar biasa itu? Manusia tidak dapat membalas kebaikan manusia dapat melakukan sesuatu yaitu berbuat baik melalui menolong pekerjaan TUHAN dan berpesan kepada para murid-murid-Nya bahwa mereka telah menerima kuasa dari TUHAN dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma Matius 108.Persembahan manusia berkontribusi pada perkembangan karakter seperti Kristus. Manusia yang mencintai dirinya sendiri diubahkan kepada saling mengasihi, peduli kepada orang lain dan pekerjaan TUHAN sama seperti Kristus TUHAN yang begitu besar telah diberikan kepada manusia. Sekarang manusia harus membagikan kasih menimbun untuk diri sendirim semakin mencintai diri sendiri, manusia akan semakin sebabnya, TUHAN memberikan kebebasan kepada manusia berapa jumlah atau persentasi yang diberikan dan kepada siapa akan membawa persembahan kepada TUHAN adalah satu tugas Kristiani dengan implikasi moral dan hal penting ini berhubungan dengan kehancuran rohani diri sendiri mungkin lebih yang seseorang dan 1 Tawarikh 1629; Mazmur 968,9; 116 Suci tidak memberikan kepada manusia aturan ibadah. Tapi paling tidak ada empat hal yang ada dalam pelayanan ibadah yaitu berkhotbah, berdoa, musik dan memberikan persembahan serta kali setahun para pria dan keluarga Israel datang ke hadirat TUHAN. Mereka datang tidak dengan tangan berarti bagian dari pengalaman beribadah adalah membawa persepuluhan dan persembahan. Membawa persembahan dan persepuluhan merupakan bagian inti dari pengalaman beribadah bangsa yang benar bukan hanya disertai rasa syuku dan terima kasih dalam kata-kata dan pujian dan doa kepada rasa syukur itu dinyatakan dengan membawa persembahan ke rumah TUHAN. Manusia datang ke rumah TUHAN, sujud menyembah TUHAN, masuk ke dalam pelataran-Nya dan membawa persembahan kepada TUHAN. Ini merupakan satu kesempatan istimewa dan tanggung jawab harus juga diajar untuk berbagi sukacita dengan orang tua dalam membawa persepuluhan dan mengembalikan persepuluhan dan membawa persembahan adalah bagian dari pengalaman beribadah manusia dengan Memperhatikan Persembahan Markus 1241-44; Kisah Para Rasul 10 mengamati mereka yang membawa persembahan ke rumah TUHAN. Yesus menyatakan bahwa persembahan janda yang miskin itu lebih banyak daripada yang lain Markus 1241-44.Janda miskin itu memberikan persembahan dari kekurangannya. Dia memberikan semua yang dimilikinya. Persembahannya datang dari hati yang mengasihi melihat motif manusia dalam memberi persembahan. Sang janda percaya pelayanan di kaabah adalah petunjuk TUHAN dan dia sangat ingin melakukan yang terbaik untuk janda melakukan apa yang mampu dia buat. Hati sang janda pergi bersama dengan persembahan dihitung bukan berdasarkan harga dari mata uang, tetapi melalui kasih kepada TUHAN dan ketertarikan manusia pada pekerjaan-Nya yang telah mendorong perbuatan itu. Hanyalah persembahan janda ini yang Yesus Kornelius menunjukkan bahwa ketulusan hati, kesetiaan, kesungguh-sungguhan dan sukacita memberikan pemberian-pemberian ke pekerjaan TUHAN menjadi perhatian Kornelius memberikan persembahan diperhatikan oleh TUHAN. Kornelius adalah seorang pemberi yang murah Kornelius mengikuti persembahannya. Doa dan sedekahnya terikat erat dan menunjukkan kasih kepada TUHAN dan sesama. Persembahan Kornelius telah naik ke hadapan Khusus Memberi dari Stoples Markus 143-9; Yohanes 12 menunjukkan bahwa hanya 9 persen aset manusia yang dapat segera dijadikan uang dan dapat dikontribusikan sebagai persemabahan pada saat diberitahukan atau persen lainnya adalah aset yang tidak mudah untuk diuangkan tanah, rumah, investasi, dll..Aset yang hanya 9 persen itulah yang disebutkan “toples kecil” dan aset yang 91 persen itu disebut “toples orang memberi persembahan atau kontribusi mereka dari stoples kecil. Ini adalah yang ada di buku tabungan, ATM dan ketika seseorang benar-benar tertarik tentang sesuatu, dia akan memberi dari stoples yang contoh dalam Alkitab antara lain1. Maria, saudari Marta dan Lazarus, meminyaki Yesus dengan minyak yang mahal. Minyak itu seharga 300 dinar yang merupakan upah seorang pekerja selama sat aset dari stoples besar. Apa yang mendorong Maria melakukan hal tersebut? Maria melakukannya sebagai persiapan untuk kematian melakukannya karena dia telah menerima kasih karunia dari Yesus yang begitu mahal. Maria telah menerima pengampunan dari kasih dan komitmen yang sejati untuk dapat memberi dari stoples besar investasi-investasi.Namun ketika manusia justru menjadi serakah, manusia justru menjual jiwanya untuk sesuatu yang sia-sia. Inilah yang dilakukan oleh memprotes apa yang Maria lakukan dengan mencoba membawa pikiran manfaat dari uang 300 dinar itu seandaianya dibagikan kepada orang-orang yang terjadi kepada Yudas? Dia justru menjual Yesus. Dia menjadi orang yang mengkhianati Yesus. Ini akibat Barnabas menjadi orang kedua yang memberi dari stoples besar. Dia menjual ladang miliknya dan meletakkannya di depan kaki menjadi misionari yang besar bersama Paulus. Dia bukan hanya memberikan dirinya menjadi misionaris tapi dia juga memberikan stoples pengorbanan sama pentingnya baik bagi si pemberi maupun si penerima. Ini mengikis roh mementingkan diri, rasa syukur kepada TUHAN sebagai pemberi berkat dan kerendahan pembuktian dua pembuktian besar kasih manusia kepada TUHAN dan sesame. Kasih kepada TUHAN dinyatakan dalam hubungan manusia dengan TUHAN melalui kepada manusia dinyatakan dalam memberi catatan peringatan di surga juga mencatat kesetiaan keuangan dari anggota keluarga TUHAN. Catatan yang teliti untuk setiap persembahan yang didedikasikan untuk TUHAN dan yang dimasukkan dalam dalam memberi juga dicatat. Mereka yang mengorbankan diri, orang-orang yang dikuduskan yang mengembalikan kepada TUHAN hal-hal yang adalah milik-Nya seperti yang dituntut-Nya, pasti akan dihargai menurut perbuatan cara yang ditetapkan salah diterapkan, sehingga hal itu tidak mencapai sasaran yang dilihat oleh si pemberi, mereka yang membuat pengorbanan dari jiwa yang sungguh-sungguh, dengan mata yang tertuju pada kemuliaan saja, tidak akan kehilangan upah TUHAN perlu Bersatu dalam doa dan memberi. Doa-doa dan pemberian naik kepada TUHAN sebagai satu peringatan. Iman tanpa perbuatan adalah mati; dan tanpa iman yang hidup tidaklah mungkin menyenangkan berdoa, seseorang menyerahkan semua yang mungkin dapat diberikan, baik pekerjaan maupun cara mengerjakannya, untuk kegenapan bagi doa-doa. Jika manusia bertindak dari iman, manusia tidak akan dilupakan comments
GerakanTari Persembahan. Tari Persembahan terdiri atas 8 gerakan dengan keteraturan 14 x 8 ketukan. Adapun jenis gerakan tari meliputi Selembayung, Balam Dua Sekawan, dan Lenggang Melayu Patah Sembilan yang masing-masing gerakan tersebut mengandung makna tersendiri. Gerakan Selembayung.
EN volume_up dedication inscription tribute persembahan noun1. gift, tribute2. dedicationDerives from sembah Contoh penggunaan Sekarang, itu adalah prinsip dari alkitab yang berkata berikanlah 10% dari apa yang kau dapat sebagai persembahan, berikanlah untuk membantu orang lain. Now, that's a principle in the Bible that says give 10 percent of what you get back to charity, give it away to help other people. Jadi kami mulai memberi, dan sekarang setelah 30 tahun, istri Saya dan Saya adalah pemberi persembahan terbalik - kami memberikan 90% dan hidup dari 10%. And so we began to give away, and now after 30 years, my wife and I are reverse tithers - we give away 90 percent and live on 10. Contoh Monolingual It publishes theological research, scholarship, and interpretation, and hitherto unpublished ancient and modern texts, inscriptions, and documents. There are also inscriptions which get exposed as the water level in the river decreases. Ring gravers are made with particular shapes that are used by jewelry engravers in order to cut inscriptions inside rings. The inscription was located in the takeout grooves, an area of the record between the label and playable surface. This entablature had in its front an inscription, now lost, made of bronze letters nailed.
Persembahandan Persepuluhan. 11. Mengapa persembahan menurut sistem Taurat Musa tidak lagi dituntut? 11 Pada zaman Maleakhi, umat Allah membawa persembahan dan persepuluhan yang harfiah, seperti biji-bijian, buah-buahan, dan ternak. Bahkan di zaman Yesus, orang-orang Israel yang setia membuat persembahan harfiah di bait. Ada begitu banyak warga jemaat yang menanyakan tentang Persembahan yang benar itu yang bagaimana? Mengapa di GKJW tidak ditekankan persembahan persepuluhan? Pada satu sisi pertanyaan-pertanyaan ini menyenangkan, karena tersirat adanya semangat untuk mempersembahkan secara bertanggungjawab. Namun di sisi lain, juga sedikit merisaukan, mengapa? Karena sudah begitu lama kita hidup sebagai orang percaya, tetapi mengapa sesuatu yang seharusnya sudah menjadi bagian atau bahkan identitas setiap orang percaya, ternyata masih menjadi pertanyaan. Apakah hal ini disebabkan karena Alkitab kurang jelas memberikan gambaran tentang persembahan? Ataukah karena tidak ada ajaran secara resmi dan baku dari Greja Kristen Jawi Wetan tentang persembahan? Ataukah gereja tidak cukup sering memberi pemahaman tentang persembahan? Atau bingung karena ada bermacam-macam persembahan persembahan perpuluhan, persembahan bulanan, persembahan kemandirian, dll? Bagaimana pun pertanyaan di atas harus dijawab. Untuk menjawab pertanyaan di atas, berikut ini akan disampaikan terlebih dahulu beberapa kesaksian atau ungkapan, dan hasil percakapan yang berhubungan dengan persembahan dari beberapa orang yang sempat saya catat. Seorang ibu menerima wesel dari anaknya yang telah berkeluarga. Keadaan keluarga anaknya secara ekonomi termasuk sederhana. Di kertas wesel di kolom berita tertulis sbb. Sekian rupiah tolong dimasukkan ke kantong kolekte gereja keluarga ini memiliki kenangan manis saat sekolah minggu; sekian rupiah tolong diberikan kepada penarik gerobak sampah; sekian ribu rupiah tolong diberikan kepada pembantu rumah. Sang ibu sangat terharu menerima wesel itu, karena anaknya -sekalipun hidupnya sederhana- namun masih mau mengingat orang lain. GKJW Jemaat Surabaya, tahun 1985 Pada petang hari seorang janda yang hidupnya sederhana menemui Pak Pendeta. Dia bercerita “Pak, saya baru saja menjual rumah kecil saya seharga 25 juta rp. Anak saya sudah berkeluarga semua. Sebagian uang itu saya berikan kepada anak saya, dan ini 5 juta rp. saya serahkan untuk gereja” GKJW Jemaat Malang, 1999 Untuk membedakan apakah seseorang adalah warga jemaat yang sungguh-sungguh mempraktekkan cara hidup bersyukur atau tidak, itu sederhana saja. Lihatlah bagaimana ia menyusun prioritas pengeluaran atas gaji atau penghasilannya. Orang percaya yang baik akan menempatkan persembahan sebagai urutan pertama bukan soal; jumlahnya, tetapi prinsip sikap bahwa pengeluaran pertama yang segera harus disisihkan adalah persembahan persembahan bulanan, Minggu, dll, baru pengeluaran lainnya. Prinsip ini adalah tanda pengakuan bahwa tanpa berkat Tuhan kita tidak bisa apa-apa. GKJW Jemaat Malang, 2002. Seorang warga jemaat menemui kasir di kantor gereja untuk menyerahkan persembahan. Dia sodorkan seratus ribu rupiah, kepada kasir, namun sesaat kemudian ia menarik kembali uang seratus ribu itu, dan diganti dengan uang lima puluh ribu, sambil mengatakan “ah, kebanyakan.” Padahal Ybs. secara ekonomi termasuk kategori berkecukupan. GKJW Jemaat Malang, 2002 Jemaat ingin membeli tanah untuk membangun gereja baru. Panitia hanya memiliki uang 5 juta. Lalu ada seseorang yang menawarkan se bidang tanah seharga 204 juta rupiah. Pemilik tanah memberi waktu kepada panitia kurang dari sebulan. Panitia bingung, mungkinkah tanah itu terbeli? Namun hanya selang beberapa hari setelah penawaran itu, seorang warga jemaat menemui pendeta. “Pak, jangan bilang siapa-siapa. Biarlah uang 204 juta rupiah itu saya yang melunasinya. Saya sudah membicarakan dengan istri dan anak saya, dan mereka semua setuju!” GKJW Jemaat Malang 2002 Seorang Bapak mengatakan kepada Pendeta “Saya sangat bersyukur dan terharu ketika anak saya menyerahkan gaji pertamanya ke gereja..” GKJW Jemaat Malang, 2000 Seorang gadis akan memasuki usia ke 17. Orang tuanya bertanya “Kamu mau hadiah apa?” Si gadis menjawab “Minta dibelikan organ”. “Lho, kita, kan, sudah punya organ!” sahut orang tua si gadis. “Organ itu bukan untuk kita, tetapi akan kita serahkan ke satu jemaat kecil. Sebab sewaktu saya berkunjung ke sana, jemaat itu tidak memiliki organ” kata si gadis. GKJW Jemaat Jombang, 1989 Mbah Kahar -seorang kakek warga GKJW Jemaat Sukolilo- setiap bulan mendapatkan bantuan uang dari gerja untuk meringankan beban hidupnya sehari-hari. Pada bulan april yang lalu 2004 ia dipanggil Tuhan. Hal yang membuat semua warga jemaat terharu adalah ia membuat “wasiat” yang isinya adalah pesan agar sebuah amplop yang isinya Rp sepuluh ribu rupiah agar diserahkan ke gereja untuk persembahan. Ditengah kemiskinan, ia memiliki jiwa mempersembahkan yang luar biasa. Ia mempersembahkan jauh lebih besar daripada sepersepuluh persepuluhan dari yang ia miliki. Informasi dari Pdt. Suko Tiyarno, MTh. GKJW Jemaat Sukolilo, 2004. Dari contoh-contoh di atas menjadi amat jelas bagi kita, betapa beraneka ragamnya cara kita menghayati dan mewujudkan makna persembahan. Kita bisa menggumuli di antara kejadian-kejadian di atas, mana yang kiranya lebih berkenan di hadapan Tuhan, dan mana yang tidak. Sekarang di bawah ini akan disampaikan kesaksian Alkitab tentang persembahan. Persembahan di Perjanjian Lama Kita mulai dari kitab Kejadian 4. Di sini kita berjumpa dengan persembahan oleh Kain dan Habil. Tidak disebutkan persyaratan persembahan. Mereka hanya mempersembahkan sebagian dari harta yang mereka miliki. Kita tidak tahu mengapa persembahan Kain ditolak, sementara persembahan Habil diterima. Kita berhadapan dengan “hak prerogatif/ istimewa” Allah dalam menilai persembahan. Artinya, siapa pun bisa saja mengklaim telah mempraktekkan pemberian persembahan secara benar, tetapi pada hakekatnya penilai sejati hanya Tuhan. Kain bisa saja merasa telah memberikan yang terbaik untuk Tuhan, tetapi di depan Tuhan apa yang dianggap terbaik bagi manusia bisa berarti belum apa-apa di hadapan Tuhan. Persembahan agaknya tidak hanya ditujukan kepada Tuhan, tetapi juga kepada sesama manusia dalam hal ini atasn, raja. Perhatikan dua kutipan dari Kejadian 4311-15 dan Yehezkiel 45 16. Perjanjian Lama juga menyampaikan informasi tentang adanya persembahan khusus dari setiap orang yang tergerak hatinya untuk membantu terpenuhinya kebutuhan bagi rumah Tuhan, jadi bukan merupakan kewajiban bagi setiap orang. Fakta ini menyiratkan bahwa di jemaat selalu saja ada sebagian warga jemaat yang memiliki kepekaan yang amat tinggi untuk menyisihkan sebagian dari hartanya untuk keperluan gereja. Perhatikan isi kitab Keluaran 3521 di bawah ini. “Sesudah itu datanglah setiap orang yang tergerak hatinya, setiap orang yang terdorong jiwanya, membawa persembahan khusus kepada TUHAN untuk pekerjaan melengkapi Kemah Pertemuan dan untuk segala ibadah di dalamnya dan untuk pakaian kudus itu.” Persembahan pendamaian yaitu persembahan yang diserahkan oleh umat Tuhan pada jaman dahulu untuk “menebus” pelanggaran yang mereka lakukan dalam hidup. Dengan menyerahkan persembahan pendamaian, maka hidup mereka kembali disucikan. Perhatikan, misalnya Keluaran 30 20-dst Ada pula persembahan yang hanya boleh digunakan oleh orang tertentu keluarga Imam, orang lain tidak boleh. Perhatikan Imamat 22 10-12 “10 Setiap orang awam janganlah memakan persembahan kudus; demikian juga pendatang yang tinggal pada imam ataupun orang Tetapi apabila seseorang telah dibeli oleh imam dengan uangnya menjadi budak beliannya, maka orang itu boleh turut memakannya, demikian juga mereka yang lahir di Apabila anak perempuan imam bersuamikan orang awam, janganlah ia makan persembahan khusus dari persembahan-persembahan kudus.” Menyerahkan beberapa persembahan sekaligus, yaitu persembahan persepuluhan,persembahan khusus, dan persembahan korban bakaran. Perhatikan Keluaran 12 11 “…maka ke tempat yang dipilih TUHAN, Allahmu, untuk membuat nama-Nya diam di sana, haruslah kamu bawa semuanya yang kuperintahkan kepadamu, yakni korban bakaran dan korban sembelihanmu, persembahan persepuluhanmu dan persembahan khususmu dan segala korban nazarmu yang terpilih, yang kamu nazarkan kepada TUHAN. Menyerahkan persembahan persepuluhan Maleakhi 3 10 “Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.” Tentang persembahan persepuluhan ini dalam prakteknya ternyata tidak sederhana, karena bukan sekedar sepersepuluh dari penghasilan. Kita perhatikan misalnya pada kitab Imamat 27 30 “Demikian juga segala persembahan persepuluhan dari tanah, baik dari hasil benih di tanah maupun dari buah pohon-pohonan, adalah milik TUHAN; itulah persembahan kudus bagi TUHAN. 31 Tetapi jikalau seseorang mau menebus juga sebagian dari persembahan persepuluhannya itu, maka ia harus menambah seperlima. 32 Mengenai segala persembahan persepuluhan dari lembu sapi atau kambing domba, maka dari segala yang lewat dari bawah tongkat gembala waktu dihitung, setiap yang kesepuluh harus menjadi persembahan kudus bagi Tuhan”Dalam tradisi umat Israel Perjanjian Lama persembahan persepuluhan ini diberikan kepada kaum Lewi. Mengapa? Karena mereka tidak memiliki mata pencaharian lain selain bekerja di bait Allah, di samping itu mereka tidak mendapatkan harta warisan. Perhatikan kitab Bilangan 1821 “Mengenai bani Lewi, sesungguhnya Aku berikan kepada mereka segala persembahan persepuluhan di antara orang Israel sebagai milik pusakanya, untuk membalas pekerjaan yang dilakukan mereka, pekerjaan pada Kemah Pertemuan.” Sebaliknya, kaum Lewi juga mempunyai kewajiban menyerahkan sepersepuluh dari persembahan persepuluhan yang mereka terima. Catatan Sebenarnya di Perjanjian Lama masih terdapat banyak lagi aturan tentang persembahan atau korban, tetapi untuk kali ini, contoh-contoh di atas dipandang cukup untuk memberi gambaran betapa perihal persembahan di Perjanjian Lama tidak sederhana. Persembahan di Perjanjian Baru Persembahan sebagai simbol rasa hormat dan kerinduan untuk memuliakan Tuhan. Perhatikan Injil Matius 211 “Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud menyembah Dia. Merekapun membuka tempat harta bendanya dan mempersembahkan persembahan kepada-Nya, yaitu emas, kemenyan dan mur.” Di ayat ini tidak disebutkan satuan dari barang yang dipersembahkan. Artinya, kita tidak tahu jumlah yang mereka persembahkan Apakah sepersepuluh dari yang mereka miliki atau…? Kita hanya bisa menduga bahwa mereka ingin memberikan yang terbaik yang mereka miliki untuk Tuhannya. Tuhan Yesus agaknya tidak mengutamakan persembahan dalam arti uang atau benda, tetapi yang jauh lebih penting adalah kesediaan seseorang untuk bertobat. Perhatikan Injil Matius 913 “Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ini Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan, karena Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa.” Bukan jumlah atau banyak-sedikitnya persembahan yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus, melainkan bobot pengorbanan yang mendasari persembahan yang diberikan. Pemahaman ini bisa kita baca di Injil Markus 12 41 “Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar. 42 Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit. 43 Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. 44 Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.” Secara jumlah pasti amat sedikit yang diberikan oleh janda itu, tetapi secara prosentase dibandingkan dengan harta yang dimiliki, nilainya bisa lebih dari 100% “..ia memberi dari kekurangannya…”. Sebaliknya persembahan dari orang kaya, secara jumlah pasti lebih besar, tetapi secara prosentase dari harta milik mereka, pastilah tidak lebih dari 1/10 “…mereka memberi dari kelimpahannya….”. Janda miskin memberi persembahan dengan bobot pengorbanan yang amat besar, sementara orang kaya memberi persembahan dengan ringan saja -tanpa beban dan pengorbanan– karena memang hanya diambilkan sebagian kecil sangat kecil? dari harta miliknya. Rasul Paulus sebagai salah satu tokoh Alkitab menghayati persembahan bukan hanya uang atau benda, tetapi seluruh hidup. Perhatikan Roma 121 “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah itu adalah ibadahmu yang sejati.” Istilah “tubuh = seluruh hidup” artinya menghayati dan mempraktekkan hidup untuk memusatkan perhatian kepada orang lain, bukan lagi untuk dirinya sendiri. Bandingkan dengan Injil Yohanes 21 18 “…tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.” Bandingkan juga dengan cerita tentang anak muda yang kaya. Ia sudah menjalankan semua ajaran di Perjanjian Lama tentunya termasuk persembahan persepuluhan dan jenis-jenis persembahan lainnya, tetapi di depan Yesus anak muda itu dianggap belum melakukan sesuatu yang berarti Matius 1921″ Kata Yesus kepadanya “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.“ Dan, ternyata, pemuda tadi masih lebih terikat pada hartanya daripada terikat pada Kristus. Perhatikan 2 Timotius 46 “Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat.” Pada usia lanjut Rasul Paulus menenggok ke belakang, bagaimana ia telah mencurahkan segala yang ia miliki -jasmani dan rohani- untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Kata “darah” di dalam kalimat di atas adalah juga melambangkan berbagai penderitaan dan kesusahan yang pernah dialaminya sebagai pemberita injil, dan itu dihayati sebagai bagian dari persembahan yang diberikan Paulus kepada Tuhan. Perhatikan Ibrani 108 “Di atas Ia berkata “Korban dan persembahan, korban bakaran dan korban penghapus dosa tidak Engkau kehendaki dan Engkau tidak berkenan kepadanya” meskipun dipersembahkan menurut hukum Taurat.” Pada ayat ini kita mendapat gambaran tentang pemahaman yang baru tentang hubungan antara manusia dengan Tuhan. Sementara di Perjanjian Lama hubungan itu antara lain ditandai dengan persembahan sebagai simbol kesetiaan dan kepatuhan umat terhadap Tuhannya, sedangkan di dalam Perjanjian Baru hubungan antara manusia dengan Tuhan ditandai dengan pemberian anugerah keselamatan dari Yesus Kristus. Di Perjanjian Baru kesetiaan dan kepatuhan orang percaya kepada Tuhan-nya tidak lagi ditandai oleh besar kecilnya persembahan, tetapi oleh cara hidup yang menjunjung tinggi nilai-nilai kerajaan Allah, yaitu kasih, keadilan, kebenaran, suka cita, damai sejahtera. Perhatikan beberapa kutipan di bawah ini. Perhatikan Matius 2323 “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.” Perhatikan Lukas 1142 “Tetapi celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu mengabaikan keadilan dan kasih Allah. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.” Perhatikan 1 Petrus 25 “Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.” Ayat ini ingin menegaskan tentang makna iman Kristen yang sudah mengalami pembaharuan karena pengorbanan Kristus. Hal yang terpenting bukan lagi memberi persembahan yang berupa benda, karena persembahan berupa benda tidak lagi menentukan keselamatan seseorang. Persembahan rohani jauh lebih berharga, yaitu hati bersih yang menerangi setiap tutur kata dan perbuatan kita setiap saat. Lalu Bagaimana? Baik dari Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru memberikan informasi yang amat beragam tentang persembahan. Tentulah tidak bijak kalau kita hanya mau menekankan atau mengambil satu jenis persembahan yang terdapat di Perjanjian Lama, dan mengesampingkan macam-macam persembahan lainnya. Oleh karena itu menjadi semakin jelas bagi kita bahwa saat ini, untuk memahami persembahan, tidak bisa lagi diambil secara hurufiah baik dari Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Sebab kalau kita mengambil begitu saja makna persembahan/ persembahan korban dari Alkitab, pastilah akan kita temui berbagai kesulitan. Sebab aturan tentang persembahan di Perjanjian Lama amat rumit. Contoh kerumitannya, misalnya, bagaimana kita memahami aturan di Perjanjian Lama “memberi persembahan terbaik buat Tuhan?” Ternyata yang dimaksud adalah, kalau persembahan berupa korban binatang, maka kata “..terbaik..” itu artinya jantan lebih diutamakan Imamat 13; berumur 3 tahun I Samuel 1 24; fisiknya sempurna Imamat 31, warna merah Bilangan 19 2. Satu contoh lagi, dapatkah kita menerapkan begitu saja isi Injil Matius 1010 ini “Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya.” Apakah aturan semacam ini akan kita ambil dan terapkan begitu saja untuk konteks saat ini, tentu tidak bukan? Masih ada banyak lagi bagian dari Alkitab yang tidak bisa diterapkan secara langsung untuk kehidupan saat ini, harus dirumuskan terlebih dahulu. Demikian pula halnya dengan persembahan kita tidak bisa menyatakan bahwa persembahan yang satu lebih utama daripada jenis persembahan lainnya. Kalau kita mau menekankan secara hurufiah satu jenis persembahan misalnya persepuluhan, maka kita tidak bisa membuang begitu saja aturan persembahan lainnya yang tertulis di Alkitab. Sebab di sini muncul persoalan Siapa yang bisa memastikan bahwa persembahan yang kita prioritaskan itu sungguh-sungguh lebih berkenan di hadapan Tuhan? Oleh karena itu kita perlu belajar untuk rendah hati dan mau menyadari keterbatasan pemahaman kita atas isi Alkitab. Konsep persembahan di Perjanjian Lama antara lain adalah sebagai sarana pembinaan umat dan sebagai tanda kesetiaan dan kepatuhan umat terhadap Tuhan. Bagi umat Israel di jaman Perjanjian Lama, hukum itu memang mutlak. Kesetiaan dan kepatuhan umat Israel Perjanjian Lama terhadap aturan persembahan itu mengikat sekali. Artinya, ketidaksetiaan dan ketidakpatuhan mereka terhadap aturan itu akan membawa mereka kepada kebinasaan Perhatikan kitab Amos 5 7 dst.. Sedangkan konsep persembahan di Perjanjian Baru berbeda. Persembahan tidak menentukan keselamatan, tetapi sebagai salah satu buah ucapan syukur. Barangkali ilustrasi berikut ini bisa sedikit membantu. Hubungan antara Allah dengan umat Israel di Perjanjian Lama ibarat orang tua Tuhan dengan anak kecil umat Israel. Orang tua bisa membuat aturan yang tegas untuk anaknya yang masih kecil Pulang sekolah cuci tangan, ganti baju, makan siang lalu istirahat; pukul mandi; pukul 17-30 nonton TV atau bermain; dst. Tidak patuh terhadap aturan itu dihukum! Aturan semacam itu amat diperlukan untuk pembinaan, latihan disiplin dan persiapan masa depan. Perjanjian Baru tidak lagi seperti itu, Tuhan telah menempatkan manusia pada posisi orang dewasa, seseorang yang memiliki kebebasan untuk menentukan pilihannya sendiri Yohanes 3 16. Tentulah tidak wajar kalau kepada anak yang sudah mahasiswa, orang tua tetap memberlakukan aturan Pukul harus mandi, pukul nonton TV, pukul belajar, dst. Bukankah orang tua cukup mengatakan “Kamu sudah besar/dewasa Belajarlah baik-baik!” Seorang anak yang sudah dewasa sudah bisa menangkap makna perintah sederhana itu. Sedangkan dalam prakteknya anak yang dewasa itu bisa saja menata sendiri irama hidupnya dengan mengikuti aturan yang berlaku saat ia masih kecil. Bedanya adalah, ketika masih kanak-kanak ia setia dan patuh kepada aturan karena takut hukuman, sedangkan ketika dewasa ia melaksanakan peraturan itu dengan kesadarannya sendiri, dengan rasa syukur, bukan karena takut hukuman. Demikian pula halnya dengan pemahaman tentang persembahan. Kesimpulan Setelah kita amati perihal persembahan baik di Perjanjian Lama maupun di Perjanjian Baru, maka kita menyimpulkan tentang persembahan sbb. Persembahan yang kita lakukan saat ini bukan lagi sebagai “korban” baik untuk penebusan dosa atau sebagai “alat” untuk mendapatkan berkat dari Tuhan. Tuhan Yesus dengan karya penebusanNya telah memperbaharui secara mendasar makna persembahan. Jangankan sepersepuluh, mempersembahkan sepertiga atau setengah dari yang kita miliki pun tidak akan cukup untuk mensyukuri kebaikan Tuhan. Oleh karena itu Tuhan Yesus tidak pernah menyinggung soal jumlah dalam hal persembahan. Persembahan sebagai ungkapan rasa syukur atas keselamatan yang Tuhan berikan kepada kita. Hal yang paling utama dalam persembahan adalah hati yang bersyukur. Persembahan juga sebagai wujud nyata pengakuan kita bahwa tanpa berkat Tuhan kita tidak bisa apa-apa. Persembahan sebagai wujud nyata kesediaan kita untuk turut menopang pekerjaan Tuhan di dunia ini. Persembahan sebagai wujud nyata kesediaan kita untuk tidak membiarkan uang dan harta benda menguasai hidup kita, dengan cara mau mengurangi uang atau harta benda yang ada pada diri kita untuk kebutuhan pelayanan. Catatan Dengan pemahaman di atas bukan berarti kita bisa seenaknya memberikan persembahan. Kalau kita sudah dewasa pastilah akan secara dewasa pula memahami hal-hal di atas. Artinya, besar kecilnya persembahan tentulah sesuai dengan keadaan masing-masing bisa menjadi salah satu tanda kedewasaan iman seseorang. Langkah Praktis Secara teknis persembahan bisa kita wujudkan berupa persembahan rutin dan persembahan khusus. Persembahan rutin Persembahan yang secara ajeg kita siapkan, misalnya Persembahan bulanan, atau kalau mau memakai istilah persepuluhan Maleakhi 3 atau seperlima Imamat 6 juga tidak masalah. Catatan Persembahan persepuluhan atau seperlima disebut di atas semata-mata hanya sebagai salah satu pilihan cara kita mendisiplin diri dalam bersyukur kepada Tuhan. Sebab, kita tidak lagi menerapkan persepuluhan seperti di Perjanjian Lama, sebab kalau diterapkan persis seperti di Perjanjian Lama akan berbenturan dengan aturan gereja GKJW. Karena di Perjanjian Lama persembahan persepuluhan diberikan kepada kaum Lewi untuk jaman sekarang -kira-kira- mirip pendeta. Padahal di GKJW persembahan apa pun dipakai untuk berbagai macam kebutuhan gereja. Persembahan untuk ibadat-ibadat Minggu, Hari Raya Persembahan, Ibadat Rumah tangga, dlsb. Persembahan khusus Persembahan yang kita serahkan ke gereja ketika mengalami saat-saat istimewa dalam kehidupan kita. Tentang persembahan khusus ini, saya menyampaikan jenis-jenis persembahan syukur yang pernah dilaksanakan oleh warga GKJW di berbagai jemaat, yakni, Sembuh dari sakit; ulang tahun; naik pangkat/ karier; naik kelas/ lulus ujian; menempati rumah baru; ulang tahun perkawinan; memenangkan tender; membuka usaha baru; dikaruniai putra/i; diterima kerja; memasuki masa pensiun; berhasil menjual rumah/ tanah. Ketika kita memberikan persembahan apa pun dan berapa pun, haruslah dijauhkan dari “harapan tersembunyi” agar Tuhan memberikan kembali berlipatganda dari yang telah kita persembahkan. Kalau disertai “harapan tersembunyi” seperti itu berarti persembahan kita tidak lagi tulus. Bukankah hal itu justru pertanda bahwa semangat mempersembahkan kita adalah semangat materialistis, semangat keserakahan, bukan semangat ucapan syukur? Tentulah hal itu justru bertentangan dengan kehendak Tuhan, bukan? Bagi orang percaya yang dewasa, suka cita hidup dan berkat Tuhan tidak ditentukan oleh harta dan uang. Bandingkan dengan penghayatan Ayub Ayub 2 10. Oleh karena itu semangat mempersembahkan adalah semangat untuk semakin mengasihi Tuhan lebih dari hari-hari yang telah lewat. Adalah tugas kita semua untuk terus belajar agar semakin dimampukan untuk semakin dewasa iman. Sebab pertumbuhan gereja yang benar tidak ditentukan oleh uang, tetapi oleh iman warga jemaat yang semakin dewasa. Tentulah juga dipahami bahwa disamping uang, banyak di antara kita yang juga memberikan persembahan yang luar biasa nilainya, Tenaga, waktu, keahlian, dlsb. “Karena tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak baik, dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik. -Lukas 6 43 — Foto By GFreihalter – Own work, CC BY-SA Tags Persembahan, Teologi Bagikan Entri Ini
1 Zaman kerajaan. Pembangunan Bait Allah oleh Salomo menuntut upacara penahbisan dengan penyerahan korban persembahan (1 Raj 8:62 dab) dan korban-korban biasa (1 Raj 9:25). Tapi karena sumber informasi itu adalah beberapa kitab tentang 'raja-raja', maka kitab-kitab itu lebih berbicara tentang peranan raja (bnd 2 Raj 16:10 dab) ketimbang
Memberi dengan Rela dan Hati yang Gembira Bacaan Alkitab 1 Tawarikh 291-9 dan 2 Korintus 96-15 Berdoa dan Bernyanyi A. Pengantar Memberi dengan Sukacita Pagi itu wajah seorang nenek berusia 76 tahun itu tampak gembira ria. Di tangannya ia memegang sebuah gunting tanaman berwarna oranye. Nenek ini memang seorang yang suka bekerja di kebun. Di halaman rumahnya terhampar bunga-bunga yang sedang merekah indah. Warna-warni bunga- bunga itu membuat sang nenek selalu bersukacita. Ia merasa hidupnya semakin hidup. Kerut-kerut di wajahnya seolah-olah hilang ketika ia berada di tengah-tengah kebun bunganya. Pagi itu, dengan sekali sentak, setangkai bunga mawar merah muda telah pindah dari kebunnya. Ketika ditanya untuk apa, sambil ternyum, ia berkata, “Ini untuk ulang tahun cucu tersayang saya. Cucu saya itu orang baik. Saya tidak boleh melewatkan ulang tahunnya hari ini.” Itulah tanda cinta sang nenek kepada cucunya. Baginya, sekuntum mawar itu memberikan sukacita dalam diri sang cucu. Ia pun bergembira dapat memberi hadiah dari kebun di halaman rumahnya. Begitu cucunya pulang sekolah, ia akan memberikan hadiah terindah itu kepada cucunya. Bagi sang nenek, hidup itu adalah memberi. Menurutnya, ketika seseorang memberi apa yang dimiliki kepada orang lain sebenarnya ia tidak kehilangan apa-apa. Apalagi yang diberikan itu adalah cinta dan perhatian. Orang yang memberi cinta dan perhatian akan menuainya lebih banyak lagi. Karena itu, setangkai mawar merah muda bagi ulang tahun sang cucu itu tanda cinta dan perhatiannya kepada sang cucu. Ia ingin membahagiakan sang cucu. Ia ingin agar sang cucu mengalami sukacita pada hari ulang tahunnya. Namun lebih dari itu, ia ingin agar sang cucu senantiasa menemukan cinta dan perhatian dari sesamanya. Ia boleh berbahagia berkat cinta dan perhatian itu. Semakin banyak kita berbuat baik, kita akan menemukan bahwa kebaikan itu menjadi suatu kebiasaan yang tidak bisa lepas dari diri kita lagi. Sumber Jawablah pertanyaan berikut! 1. Apa yang dilakukan sang nenek dalam cerita di atas? 2. Apa yang membuat sang nenek bahagia? 3. Pernahkah kamu merasa bahagia ketika memberi? Misalnya memberi persembahan di gereja? Ceritakanlah! Sumber dokumen Kemdikbud B. Mendalami Cerita Alkitab Bacalah 1 Tawarikh 291-9 dan 2 Korintus 96-15 Kamu tentu ingat pepatah yang mengatakan “berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.” Pepatah itu berarti bahwa segala sesuatu, berupa pekerjaan atau masalah yang ringan dan berat akan terasa tidak membebani jika ditanggung bersama-sama oleh banyak orang. Misalnya, mengangkat meja di kelas akan lebih mudah dilakukan oleh 2-4 orang daripada mengangkatnya seorang diri. Cerita dalam Tawarikh adalah cerita tentang anak Raja Daud, yaitu Raja Salomo yang sedang membangun Bait Allah di Yerusalem. Bait atau Rumah Allah yang akan dibangun itu berukuran besar. Pada waktu itu, semua bangunan terdiri dari banyak batu-batu besar, logam mulia seperti emas, perak, perunggu, dan besi. Semua bahan-bahan itu dikerjakan dengan tangan manusia, sebab pada waktu itu belum ada mesin-mesin pertukangan yang dapat meringankan beban pekerjaan manusia. Bait Allah yang akan dibangun itu membutuhkan bahan-bahan tadi. Lalu dari manakah mendapatkan semua itu? Tentu saja hasil persembahan dari umat Allah pada waktu itu. Sumber diunduh pada 7 Januari 2015 Raja Daud menyadari bahwa beban membangun Bait Allah yang dilakukan oleh Raja Salomo tidaklah ringan. Namun, rencana pembangunan itu harus dilaksanakan sebab hal itu sudah diinginkan sejak lama, dan selama berpuluh-puluh tahun umat Israel pada waktu itu hanya beribadah di tenda besar. Dan kini mereka ingin memiliki rumah ibadat sendiri sebagai tempat untuk menyembah Allah dan mempersembahkan korban bakaran. Untuk mengatasi hal itu, Daud, ayah Raja Salomo mulai mengajak orang banyak untuk bersama-sama memberi persembahan berupa harta yang dimiliki untuk dipakai sebagai bahan pembangunan Bait Allah. Ia memulai dengan dirinya sendiri. Alkitab mencatat dia memberikan 3000 talenta emas dan 3000 talenta perak. Jika 1 talenta sama dengan 34 kilogram, berarti berapa kilogram emas dan perak yang disumbangkan oleh Daud? Hitung saja sendiri, dan kamu akan menemukan jumlah yang sangat besar. Anehnya, Daud tidak menyesal atau berat hati menyumbangkan benda- benda yang sangat banyak dan mahal tersebut. Ia malah rela dan bergembira. Dan apa yang dilakukan oleh Daud membuat orang-orang di sekitarnya juga ingin memberi dan menanggung beban pembangunan secara bersama. Hasilnya, terkumpullah banyak benda berharga yang sangat mahal dan bernilai tinggi. Kepala-kepala suku, kepala pasukan, dan para pekerja di kerajaan Israel pada waktu itu berlomba-lomba memberikan persembahan untuk Bait Allah. Dan sama seperti Daud, mereka semua memberi dengan rela hati dan bergembira. Tidak ada yang menyesal. Mereka tahu, bahwa yang mereka berikan berasal dari Tuhan dan diberikan kembali kepada Tuhan untuk pembangunan Bait Allah. Luar biasa bukan? Rupanya kisah tentang memberi persembahan dengan rela hati dan bergembira tidak hanya terdapat dalam Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian Baru juga ada kisah yang serupa, yaitu kisah tentang jemaat di Kota Korintus yang mengumpulkan persembahan untuk menolong jemaat di Yerusalem yang mengalami kemiskinan dan kesusahan. Pada waktu itu, belum ada alat komunikasi yang cepat untuk memberi kabar kepada banyak orang tentang apa yang terjadi di tempat lain. Paulus adalah rasul yang bekerja mewartakan Injil dari satu tempat ke tempat lain. Dialah yang memberi kabar kepada jemaat Korintus tentang keadaan jemaat di Yerusalem. Dan karena itu dia mengirim surat kepada jemaat di Korintus. Bagian surat itulah yang kita baca pada pelajaran kali ini. Sama seperti Daud, Paulus juga menggugah hati orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus di Korintus untuk mau memberi dengan rela dan bersukacita, menolong meringankan kesusahan orang-orang percaya di Yerusalem. Paulus memberi pesan bahwa memberi dengan rela dan sukacita akan membawa berkat. Tetapi itu bukan berarti bahwa Allah hanya akan memberkati kita jika kita memberi persembahan. Paulus mengatakan Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita dan selalu mencukupkan segala sesuatu, bahkan kadang-kadang memberi dengan lebih kepada orang-orang yang percaya kepada Tuhan. Dengan begitu, tidak perlu ada kekuatiran ketika kita memberi persembahan kepada Tuhan apalagi jika kita tahu bahwa persembahan itu akan dipakai untuk pelayanan kasih menolong orang-orang yang kesusahan, kelaparan, sakit, atau untuk pendidikan mereka. Paulus mengatakan bahwa dengan memberi persembahan secara rela dan bergembira itu berarti kita sedang melimpahkan ucapan syukur kepada Allah yang adalah sumber segala sesuatu yang kita miliki. Memberi dengan rela dan bergembira tidak akan pernah membuat kita kekurangan atau kesusahan, sebaliknya hati kita akan merasa bahagia karena bisa memberikan kebahagiaan kepada orang lain dan meringankan kesusahan mereka. Bukankah kamu juga akan merasa gembira ketika melihat senyum temanmu atau orang yang kamu berikan sesuatu seperti nenek yang memberikan bunga kepada cucunya dalam cerita di atas? Untuk lebih jelasnya, bacalah kembali kitab 2 Korintus 96-15. Di situ Rasul Paulus menyebutkan syarat- syarat yang harus kita perhatikan ketika ingin memberi persembahan kepada Tuhan 1. Memberi dengan kerelaan hati. Keinginan untuk memberi kepada Tuhan harus datang dari keputusan hati yang sungguh-sungguh. Tidak boleh ada tekanan, tidak boleh didasari oleh tujuan yang salah dan keliru, seperti keinginan untuk dipuji dan dihormati oleh orang lain. 2. Memberi tidak dengan sedih hati atau karena paksaan. Kita tidak berduka dan merasa kekurangan ketika memberi apa yang kita miliki kepada Tuhan. Tidak juga karena paksaan dari orang lain ataupun diri sendiri karena merasa bersalah kalau tidak memberi bnd. Ulangan 1510. 3. Memberi dengan sukacita. Kita bergembira karena memberi kepada Tuhan. Persembahan adalah juga bentuk ucapan syukur kita terhadap berkat yang telah kita terima dari Tuhan. Sehingga dengan penuh sukacita kita hendak membagikannya kepada orang lain yang membutuhkan. Kalau hati kita sudah siap untuk memberi kepada Tuhan, tentu kita bertanya-tanya bentuk persembahan seperti apa yang bisa kita berikan kepada Tuhan? Tahukah kamu bahwa bentuk persembahan kita bisa beragam? Umumnya kita memberi dalam bentuk uang. Ada orang-orang yang dipercayakan untuk mengelola uang ini. Di gereja, uang itu dipakai untuk membiayai pelayanan. Misalnya, untuk biaya pembangunan gereja, kegiatan-kegiatan sosial, seperti bantuan ke panti asuhan, panti jompo, korban bencana alam, dan sebagainya. Selain dalam bentuk uang, persembahan juga dapat berupa barang. Di gereja-gereja tertentu, pada hari raya panen, orang membawa hasil panen hasil bumi mereka, seperti beras, singkong, buah-buahan, dan sayur ke gereja untuk dijadikan persembahan dan didoakan. Setelah didoakan, barang-barang itu dimakan bersama. Ada juga yang dijual atau dilelang. Uang hasil lelang dipakai untuk membiayai kegiatan gereja atau kegiatan sosial, misalnya diberikan kepada mereka yang membutuhkan. C. Memahami Persembahan dalam Kehidupan Umat Kristen Jawablah pertanyaan berikut! 1. Kapan dan di manakah kamu memberikan persembahan untuk Tuhan? 2. Apakah tujuan kita memberikan persembahan kepada Tuhan? 3. Lengkapilah tabel berikut ini! No. Jenis Persembahan Diberikan Kepada Manfaat 1. Uang Gereja - Mengelola pemeliharaan - Pelayanan sosial gereja - 2. - 3. - D. Pendalaman Materi Persembahan dan Makna Memberi dengan Rela dan Sukacita Pernahkah kamu mengalami sukacita ketika kamu memberi sesuatu kepada temanmu atau orang lain? Atau kamu malah merasa sedih, karena kamu merasa kehilangan ketika memberi itu? Nah, kalau kamu merasa sedih, kamu harus belajar dari kisah sang nenek dalam cerita tadi atau dari kisah Daud dan jemaat di Korintus. Mereka memberi dengan penuh sukacita. Mereka mengalami kebahagiaan dalam hidup mereka. Orang sering beranggapan bahwa ketika seseorang memberi sesuatu kepada orang lain, ia kehilangan. Sebenarnya tidak. Ketika kita memberi, memang sesuatu itu hilang. Namun, maksud baik kita dan perbuatan baik kita tetap ada di dalam diri kita. Semakin banyak kita berbuat baik, kita akan menemukan bahwa kebaikan itu menjadi suatu kebiasaan, dan jika sudah menjadi kebiasaan maka hal itu akan susah lepas dari diri kita lagi. Karena ini adalah kebiasaan yang baik, maka tidak salah jika membiasakan diri memberi dengan rela dan dengan hati yang bergembira. Kemudian kita akan bertumbuh dalam kebaikan itu terus-menerus. Yang dikenang dari diri kita adalah kebaikan-kebaikan kita itu. Kebaikan itu kemudian tumbuh dalam hidup orang lain juga. Tidak hanya menjadi milik diri kita. Mengapa? Karena pada dasarnya orang mau belajar sesuatu yang baik dari sesamanya. Karena itu, belajar dari sang nenek dalam kisah tadi dan dari Daud serta jemaat Korintus, mari kita terus-menerus menyediakan diri kita untuk memberi. Apa yang kita berikan kepada orang lain hanyalah simbol dari cinta dan perhatian kita kepada sesama. Dengan demikian, hidup ini menjadi lebih indah. Dengan memberi, kita mau menjadi bagian dari hidup sesama kita. E. Menghayati Makna Persembahan 1. Bersama dengan temanmu, buatlah rencana mempersembahkan barang-barang bekas layak pakai yang ada di rumahmu. Masing-masing mendaftarkan barang-barang apa saja yang ada di rumah yang masih dapat dipergunakan oleh orang lain yang membutuhkan, misalnya pakaianmu yang sudah tidak kamu pakai lagi tetapi masih baik dan layak pakai, mainan, buku-buku, dan alat-alat perlengkapan sekolah lainnya. Diskusikanlah bersama gurumu kepada siapa kalian akan memberikan barang-barang bekas layak pakai itu. Misalnya ke sebuah pemukiman yang memiliki banyak anak-anak, ke sebuah gereja di pinggir kota, atau ke sebuah panti asuhan. 2. Ceritakanlah kisah dan perasaanmu ketika memberikan persembahan kepada orang lain yang membutuhkan atau ketika memberi persembahan di gereja! Tantangan apa yang biasanya muncul dalam dirimu ketika hendak memberikan persembahan? F. Belajar dari Nyanyian Nyanyikanlah bersama-sama nyanyian ini! Kidung Jemaat No. 302, “Ku b’ri Persembahan.” Kub’ri persembahan pada Tuhanku sambil puji Yesus, Jurus’lamatku. Dengan sukaria kub’ri pada-Mu dan merasa kaya dalam Tuhanku. Mari kawan-kawan, rela hatilah bawa persembahan; datanglah seg’ra. Jawablah pertanyaan berikut! 1. Irama lagu yang bagaimanakah nyanyian ini? Dan apa maksudnya? 2. Perasaan unik apa yang kamu temukan dalam nyanyian ini? 3. Apa pesan nyanyian ini bagi kamu? G. Rangkuman Sumber segala sesuatu yang kita miliki di dunia ini berasal dari Tuhan. Tuhan memberikannya kepada kita melalui pekerjaan orangtua atau pemberian orang lain kepada kita. Karena itu, kita juga pantas untuk meneruskan kebaikan dan berkat Tuhan itu kepada orang lain melalui persembahan yang kita berikan di gereja atau langsung kepada orang yang membutuhkan, dengan berupa uang atau benda-benda yang dibutuhkan oleh orang tersebut. Ingatlah, bahwa Tuhan sudah lebih dahulu memberi kepada kita, dan kita memberi kepada Tuhan sebagai wujud terima kasih kita kepada-Nya. Berilah dengan hati yang rela dan bersukacita dan Allah akan semakin mengasihimu. H. Doa Allah sumber kebaikan dalam hidup kami, terima kasih untuk segala berkat dan pemeliharaan-Mu dalam hidup kami melalui orangtua dan orang-orang yang mengasihi kami. Ajarlah kami untuk memberi persembahan dengan hati yang rela dan bergembira. Tolonglah kami untuk selalu memberikan persembahan yang terbaik kepada-Mu. Agar dengan begitu, kami memuliakan nama Tuhan yang mengasihi semua orang. Di dalam nama Tuhan Yesus, dengarkanlah doa ini. Amin Selain dalam bentuk uang, persembahan juga dapat berupa barang. Di gereja-gereja tertentu, pada hari raya panen, orang membawa hasil panen hasil bumi mereka, seperti beras, singkong, buah-buahan, dan sayur ke gereja untuk dijadikan persembahan dan didoakan. Setelah didoakan, barang-barang itu dimakan bersama. Ada juga yang dijual atau dilelang. Uang hasil lelang dipakai untuk membiayai kegiatan gereja atau kegiatan sosial, misalnya diberikan kepada mereka yang membutuhkan.

Isilah tabel berikut ini dengan jenis persembahan,diberikan pada dan manfaat nya - 32574195 BAEZUZY BAEZUZY 11.09.2020 Matematika Sekolah Menengah Atas JENIS PERSEMBAHAN:UANG . DIBERIKAN KEPADA: ORANG MISKIN. MANFAAT:UNTUK MENCUKUPI KEBUTUHAN SEHARI HARI. 3) JENIS PERSEMBAHAN: MAINAN .

Ilustrasi Jenis-jenis Persembahan di Gereja Foto UnsplashPersembahan merupakan bentuk ucapan syukur umat Kristen atas berkat yang diberikan oleh Tuhan Yesus Kristus. Oleh karena itu, setiap umat Kristiani diharuskan untuk memberikan persembahan ketika beribadah di gereja. Ajaran untuk memberikan persembahan tercatat di dalam beberapa injil Alkitab, yakni“Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya, bawalah persembahan dan masuklah ke pelataran-Nya!” Mazmur 968“Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan, dengan maksud meneguhkan perjanjian yang diikrarkan-Nya dengan sumpah kepada nenek moyangmu, seperti sekarang ini,” Ulangan 818Menurut A. Munthe Pdt. Dr 2007 dalam buku berjudul Tema-tema Perjanjian Baru, umat Kristiani yang tidak memberikan persembahan sama saja seperti menipu Tuhan. Mereka yang tidak memberikan persembahan dianggap enggan mengakui bahwa segala sesuatu merupakan pemberian Tuhan. Persembahan di gereja dapat digolongkan menjadi beberapa jenis. Apa saja? Simak ulasannya berikut Jenis-jenis Persembahan di Gereja Foto UnsplashJenis-jenis Persembahan di GerejaBerikut jenis-jenis persembahan di gereja dalam ajaran KristenSetiap bulan, umat Kristen diwajibkan untuk memberikan persepuluhan di gereja. Persepuluhan terdiri dari 10 persen penghasilan dalam satu bulan. Mengutip buku Kingdom Message karangan Pdt. Dr. Ir. Timotius Arifin Tedjasukmana 2021, orang yang tidak memberikan persepuluhan dianggap merampok atau menggelapkan uang tentang pemberian persepuluhan dimuat dalam beberapa injil di Alkitab, di antaranya“Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata “Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?” Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus!” Maleakhi 38“Tetapi masing-masing dengan sekadar persembahan, sesuai dengan berkat yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu,” Ulangan 1617“Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan,” Maleakhi 310Ilustrasi Jenis-jenis Persembahan di Gereja Foto UnsplashPersembahan khusus berbeda dengan persepuluhan. Persembahan ini diberikan untuk mendukung tujuan tertentu. Misalnya, pembangunan gereja di desa-desa, penginjilan, aksi sosial untuk menolong korban bencana, dan lain sebagainya. Pemberian persembahan khusus dibahas dalam injil Keluaran 3521, yaitu“Sesudah itu datanglah setiap orang yang terdorong jiwanya, membawa persembahan khusus kepada TUHAN untuk pekerjaan melengkapi Kemah Pertemuan dan untuk segala ibadah di dalamnya dan untuk pakaian kudus itu.”Persembahan kebaktian diberikan secara rutin setiap mengikuti ibadah Minggu di gereja. Biasanya, persembahan ini diberikan dengan memasukkan uang ke dalam kantung kolekte gereja. Namun, persembahan ini juga dapat diberikan melalui transfer jenis-jenis persembahan yang diberikan di gereja. Perlu diingat, persembahan harus diberikan dengan kerelaan hati dan sukacita, bukan paksaan. Sebagaimana yang dikatakan dalam injil II Korintus 9 ayat 7, yaitu“Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih atau paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.”Apa Itu Persembahan di Gereja?Apa Saja Jenis Persembahan?Apa Kata Alkitab Tentang Persembahan Persepuluhan?
Persembahanmakanan adalah salah satu ritual tertua Buddhisme, sekaligus yang paling umum. Makanan diberikan kepada para biksu pada waktu pindapata, juga dipersembahkan pada dewa-dewa pelindung Tantra dan hantu kelaparan. Pemberian makanan adalah tindakan mulia yang mengingatkan kita agar tidak tamak atau egois. Persembahan Pindapata kepada Biksu
hiPzD.
  • mi8o1y97bz.pages.dev/362
  • mi8o1y97bz.pages.dev/206
  • mi8o1y97bz.pages.dev/144
  • mi8o1y97bz.pages.dev/363
  • mi8o1y97bz.pages.dev/252
  • mi8o1y97bz.pages.dev/405
  • mi8o1y97bz.pages.dev/319
  • mi8o1y97bz.pages.dev/121
  • jenis persembahan diberikan kepada manfaat